Sabtu, 14 Juni 2014

MENGENAL KAIN NUSANTARA DI MUSEUM TEXTIL INDONESIA

Penulis: Rachmat Muslim

Sebagian besar masyarakat mengenal Tanah Abang, Jakarta Pusat, sebagai daerah perdagangan kain. Pelbagai jenis baju, celana, sarung, atau batik tersedia di sana. Tapi apakah Anda tahu bila tak jauh dari keramaian Pasar Tanah Abang terdapat Museum Tekstil Jakarta? 

Berada di Jalan Aipda KS Tubun Nomor 2-4, museum ini berdiri pada 28 Juni 1976. Menurut Kepala Seksi Koleksi dan Perawatan Museum Tekstil Jakarta, Mis Ari, ini adalah museum tekstil pertama di Indonesia. Bahkan satu-satunya yang ada di Jakarta. Pendiriannya sendiri berdasarkan kesadaran bahwa keberadaan tekstil modern telah menggerus banyak kain tradisional Nusantara. 

"Museum Tekstil ini merupakan wadah untuk mendokumentasikan kekayaan dan ragam kain tradisional nusantara," ujar Ari saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia, Rabu, 28 Mei 2014.

Pada awal pendirian, Museum Tekstil mendapatkan sumbangan koleksi dari Wastraprema. Komunitas pencinta tekstil tradisional ini menyumbangkan 500 kain. Dengan berjalannya waktu, jenis kain daerah milik Museum Tekstil semakin bertambah. Kini, setidaknya ada 2.500 kain tradisional atau wastra yang ada di sana.

"Hingga kini kami terus menambah koleksi, baik melalui pembelian atau sumbangan dari masyarakat baik kelompok maupun individu," ujarnya.

Bila berkunjung ke sana, tidak hanya kain saja yang Anda temukan di sana. Segala benda yang berhubungan dengan dunia pertekstilan Nusantara dari akhir abad ke-18 sampai masa kini, juga ada. Misalnya saja peralatan pembuatan batik atau tenun. "Dari koleksi museum, pengunjung dapat melihat dan mempelajari perkembangan motif kain tradisional Nusantara dari masa ke masa,” kata dia.

Di sana, pengelola museum juga memelihara pohon yang daun atau batangnya bisa berguna sebagai pewarna kain. Tanaman itu tumbuh di halaman bangunan yang bernama Taman Pewarna Alam. Ari mengatakan, “Dari sini masyarakat bisa mengenal jenis tumbuhan yang biasa menjadi bahan baku pewarna alam dalam pembuatan tekstil.”

Seperti kebanyakan museum di Indonesia, pengelola tidak menarik bayaran yang tinggi ke pengunjung. Buka sejak Selasa hingga Ahad, pengurus Museum Tekstil Indonesia mengenakan tarif Rp5.000 untuk pengunjung dewasa. Sementara bagi mahasiswa, karcisnya seharga Rp3.000, dan Rp2.000 untuk anak-anak.

Meski harga tiket murah, museum ini minim pengunjung. Sekiranya hanya sepuluh hingga 15 wisatawan yang datang setiap harinya.

Untuk mendongkrak minat masyarakat datang ke sana, pengelola museum pun menggelar berbagai agenda. Seperti memamerkan kain tradisional atau wastra yang terus berbeda setiap bulannya. "Kalau bulan ini kami memajang wastra dari Nusa Tenggara Barat, maka selanjutnya bakal menunjukkan koleksi dari Bali atau daerah lain," kata Ari.

Selain itu, pengurus museum juga memberikan kursus membatik ke pengunjung. Dalam pelajaran singkat itu, setiap wisatawan dapat belajar dan langsung mempraktikkan proses pembatikan. "Untuk turis lokal biaya kursus sekitar Rp 40 ribu, wisatawan luar sebesar Rp 70 ribu," ujarnya.

sumber: Yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar